Duduk di sebuah kursi, tepat di tengah panggung, ia mulai berseru. Menyapa penonton dan membuka acara. Tampaknya ia tengah bertugas sebagai pembawa acara alias MC. Sebagaimana seorang MC, ia perlu menginformasikan segala sesuatu terkait acara. Tapi hanya sekilas. Ia langsung mulai mendongeng, bukan meng-MC.
“Menurut sahibul hikayat….”, begitu ia membuka kisah. Ratusan mata hadirin-seniman, mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum- tertuju pada laki-laki yang sering dipanggil Bang Yahya atau Bang Yayak (Sebutan ala Sapardi Djoko Damono). Dengan dandanan khas Betawi itu. Peci hitam di kepala dan baju koko yang melekat di tubuhnya, ia tengah menjadi juru acara sekaligus juru kisah Sahibul Hikayat.
Yahya Andi Saputra, nama lengkapnya. Siang itu, di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Sabtu (15/5) lalu, membawakan sebuah hikayat yang berjudul “Hikayat Ketiban Bulan.” Bang Yahya, yang pada awalnya lebih terkenal sebagai aktivis kebudayaan Betawi, kini kian mantap dengan Sahibul Hikayatnya. Yahya terpanggil untuk mengembangkan salah satu tradisi lisan yang berkembang di masyarakat Betawi ini. Menurut Yahya, Sahibul Hikayat saat ini sudah hampir punah, karena ditinggalkan para pendongengnya. Padahal, banyak sekali manfaat dari kesenian ini. Salah satunya sebagai sarana dakwah. Cerita yang disampaikan dalam sahibul hikayat biasanya penuh dengan pesan moral dan agama. Yahya pun mulai menjadi tukang cerite sejak tahun 1999. Ia mendongeng di berbagai acara, seperti acara sunatan, pertemuan haji, kawinan, arisan keluarga, pengajian. Kini Yahya mulai sering tampil pada acara-acara resmi baik di kampus maupun luar kampus.
Hadirnya Yahya seakan memberi nafas bagi sahibul hikayat agar masih dapat bertahan hidup. Yahya menjadi penerus para pendahulunya seperti Mohammad Zahid dan anaknya Ahmad Sofyan Zahid. Mohammad Zahid, seorang seniman keturunan Pakistan berperan mengorbitkan sahibul hikayat pada tahun 1970-an. Ia membawakan banyak cerita: Seribu Satu Malam, Hasan Husain, Malakarma, Ahmad Muhammad, Sahrul Indra dan Laila Bangsawan. Cerita-cerita itu disampaikan Zahid di radio-radio swasta. [1]
“Menurut sahibul hikayat….”, begitu ia membuka kisah. Ratusan mata hadirin-seniman, mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum- tertuju pada laki-laki yang sering dipanggil Bang Yahya atau Bang Yayak (Sebutan ala Sapardi Djoko Damono). Dengan dandanan khas Betawi itu. Peci hitam di kepala dan baju koko yang melekat di tubuhnya, ia tengah menjadi juru acara sekaligus juru kisah Sahibul Hikayat.
Yahya Andi Saputra, nama lengkapnya. Siang itu, di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Sabtu (15/5) lalu, membawakan sebuah hikayat yang berjudul “Hikayat Ketiban Bulan.” Bang Yahya, yang pada awalnya lebih terkenal sebagai aktivis kebudayaan Betawi, kini kian mantap dengan Sahibul Hikayatnya. Yahya terpanggil untuk mengembangkan salah satu tradisi lisan yang berkembang di masyarakat Betawi ini. Menurut Yahya, Sahibul Hikayat saat ini sudah hampir punah, karena ditinggalkan para pendongengnya. Padahal, banyak sekali manfaat dari kesenian ini. Salah satunya sebagai sarana dakwah. Cerita yang disampaikan dalam sahibul hikayat biasanya penuh dengan pesan moral dan agama. Yahya pun mulai menjadi tukang cerite sejak tahun 1999. Ia mendongeng di berbagai acara, seperti acara sunatan, pertemuan haji, kawinan, arisan keluarga, pengajian. Kini Yahya mulai sering tampil pada acara-acara resmi baik di kampus maupun luar kampus.
Hadirnya Yahya seakan memberi nafas bagi sahibul hikayat agar masih dapat bertahan hidup. Yahya menjadi penerus para pendahulunya seperti Mohammad Zahid dan anaknya Ahmad Sofyan Zahid. Mohammad Zahid, seorang seniman keturunan Pakistan berperan mengorbitkan sahibul hikayat pada tahun 1970-an. Ia membawakan banyak cerita: Seribu Satu Malam, Hasan Husain, Malakarma, Ahmad Muhammad, Sahrul Indra dan Laila Bangsawan. Cerita-cerita itu disampaikan Zahid di radio-radio swasta. [1]
BIODATA
Tempat / tgl lahir : Jakarta, 5 Desember 1961
Nama istri : Suli Setiawati
Nama anak : Sausan Yusria
Alamat : Jl. Bahari Raya No. 5, Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan (12420)
Email : yasutra@yahoo.com, yahya@kampungbetawi.com
Pendidikan Formal
1968 – 1972 : Madrasah Ibtidaiyah (SDI) Alhurriyah, Jakarta
1973 – 1975 : Madrasah Tsanawiyah (SLTP) Nurussaadatain, Jakarta
1976 – 1979 : Madrasah Aliyah (SLTA) YANUSA, Jakarta
1979 – 1987 : Universitas Indonesia, Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah, judul skripsi Lembaran Hijau:
Suara Rakyat Tertindas Pers Islam Zaman Pergerakan Nasional (S1)
Pengalaman kerja
1986 – 1992 : Editor dan peneliti kebudayaan pada Info Budaya Jakarta
1992 – 1995 : Litbang pada Pusat Kajian Data Jakarta(lembaga pengkajian masalah sosial ekonomi)
1991 – 1993 : Kontributor dan Penulis lepas Dompet DhuafaRepublika Jakarta
1995 – 1997 : Peneliti pada Laboratorium Sosiologi FISIP UI (pengembangan komunitas yang partisipatif terhadap pembangunan di DKI Jakarta)
1996 – 2002 : Sekretaris Eksekutif Lembaga Kebudayaan Betawi
1997 – 2002 : Redaktur Jurnal Betawi, Lembaga Kebudayaan Betawi
2002 – 2003 : Redaktur Majalah Kita Sama Kita, PT International Matari Advertising
2003 – 2004 : Redaktur Tabloid Bens, PT Bens Promosindo
2004 – 2010 : Wartawan Majalah Periklanan dan Komunikasi CAKRAM, PT Dutamedia Internusa (Matari
Advertising).
2007 – 2010 : Penanggung jawab www.kampungbetawi.com
2007 – 2010 : Pemimpin Redaksi Majalah Jembatan (Forum Ulama Asatidz Cilandak, Jakarta Selatan)
2007 – 2010 : Redaktur Jendela Betawi (Media Bamus Betawi)
2007 – 2010 : Dosen Jurusan Pariwisata D3 FISIP UI
0 Response to "“Menurut sahibul hikayat…” Mari Mengenal lebih dekat dengan Bang Yahya Andi Saputra"
Posting Komentar