Foto yang diabadikan dua fotografer Woodbury & Page pada 1860-an memperlihatkan pelabuhan lama Sunda Kalapa, Jakarta Utara, dengan gedung-gedung yang masih tampak kokoh. Terlihat sejumlah tongkang merapat di tepi Sungai Ciliwung setelah membawa penumpang dari luar negeri menuju Kota Batavia. Mereka dibawa dengan tongkang setelah melakukan perjalanan yang lama akibat muara pelabuhan Sunda Kalapa tidak dapat lagi didarati karena berlumpur. Di depannya, terlihat bangunan beratap seng tempat pemeriksaan bea cukai setelah penumpang diturunkan.
Para penumpang itu kemudian beristirahat di gedung yang berada di depannya. Di sini, mereka dapat bermalam untuk keesokan harinya meneruskan perjalanan ke pusat kota. Hotel atau tempat peristirahatan untuk menampung pendatang, sekaligus tempat bermalam untuk mereka yang bepergian keluar negeri merupakan tempat peristirahatan terkenal saat para tamu memasuki Kota Batavia. Letaknya di sebelah timur kanal Sunda Kalapa berseberangan dengan Museum Bahari, yang ketika itu berfungsi sebagai gudang rempah-rempah.
Dalam foto koleksi Tropen Museum, Amsterdam, terlihat gedung-gedung indah di sekitar muara kanal Sunda Kalapa. Bagian besar dari gedung tersebut kala itu digunakan untuk perkantoran dan pelayanan administrasi. Di sebelah kiri kanal, terlihat sebuah gedung besar. Gedung ini merupakan pasar ikan yang dibangun tahun 1846. Meski sekarang pasar tersebut sudah tidak ada lagi, nama Pasar Ikan masih tetap melekat hingga sekarang.
Di sekitar tempat inilah sebelum kedatangan VOC (Kompeni), tempat keberadaan keraton Pangeran Jayawikarta setelah menaklukkan Portugis pada 1527. Letaknya di sekitar Menara Syahbandar yang dibangun VOC pada abad ke-18 guna mengawasi keluar masuknya kapal. Kini, merupakan jalan ramai antara sebuah kantor polisi dan Museum Bahari. Menara Syahbandar– salah satu peninggalan sejarah Jakarta–kini keadaannya makin memprihatinkan. Menara ini dalam keadaan miring dan terancam runtuh.
Semua peristiwa pertempuran antara pasukan Jayakarta dan Portugis, seluruhnya terjadi di laut sekitar sebelah selatan jalan tol Tanjung Priok-Pluit yang baru. Sebab, kala itu seluruh daerah di kawasan Pasar Ikan masih berupa laut. Seluruh gedung yang terlihat dalam foto, kini tidak dapat kita temukan lagi. Dihancurkan oleh gubernur jenderal Marsekal Daendels pada 1808-1809 ketika ia memindahkan kota lama ke arah selatan, yang bernama Weltevreden (daerah yang lebih nyaman).
Pelabuhan Sunda Kalapa sudah tidak berfungsi lagi sebagai pelabuhan samudera sejak dipindahkan ke Tanjung Priok pada 1887, karena tidak lagi dapat menampung kapal-kapal uap yang jauh lebih besar daripada kapal layar.
Oleh Alwi Shahab
0 Response to "Pelabuhan Lama Sunda Kalapa 1860-an | Oleh Alwi Shahab"
Posting Komentar