Buku yang mengangkat aspek mikro Jakarta, seperti arena balapan, pawai, tradisi petasan, perumahan, lelang perabotan, kongkow-kongkow, sekolah negeri, pabrik gas, toko buku, radio Betawi, nama jalan, grafiti, gedung-gedung tua, tukang jahit, para pedagang yang menghilang, serta beberapa kebiasan dari masyarakat Betawi maupun dari masyarakat minoritas lain dalam mensiasati hidupnya di Jakarta yang cepat berubah.
Zeffry Alkatiri kembali menulis tentang kota kelahirannya, setelah buku pertamanya Pasar Gambir, Es Sanghai, dan Komik Cina: Sisi Melik Jakarta tahun 1970-an (Komunitas Bambu, 2010) telah habis laris manis. Dalam buku ini Zeffry mengangkat berbagai aspek yang mungkin kurang diperhatikan oleh pihak lain, seperti, arena balapan, pawai, tradisi petasan, perumahan, lelang perabotan, kongkow-kongkow, sekolah negeri, pabrik gas, toko buku, radio Betawi, nama jalan, grafiti, gedung-gedung tua, tukang jahit, para pedagang yang menghilang, serta beberapa kebiasan dari masyarakat Betawi maupun dari masyarakat minoritas lain dalam mensiasati hidupnya di Jakarta yang cepat berubah.
Konsentrasi periode dalam buku ini beragam. Ada artikel yang menyoroti fenomena Jakarta yang terjadi sekitar tahun 1960-1980-an, tetapi ada juga tentang periode sebelum dan sesudahnya.
Dalam buku ini diperihatkan bagaimana warga Jakarta yang multikultur mencoba mensiasati kehidupannya dengan berbagai cara, baik yang yang dilakukan dengan cara halal maupun yang dianggap merugikan orang lain. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang sebagian belum terpenuhi secara optimal.
Di dalam buku ini juga diperlihatkan bagaimana lubang-lubang kesempatan yang sekecil apapun mampu untuk dibuka lebar oleh berbagai warganya dengan berbagai cara. Begitu juga yang dilakukan oleh pihak Pemda, dengan berbagai peraturannnya, mereka mencoba mensiasati tuntutan warganya dengan berbagai cara. Itulah Jakarta punya cara! (KomunitasBambu)
Informasi Tambahan
Zeffry Alkatiri kembali menulis tentang kota kelahirannya, setelah buku pertamanya Pasar Gambir, Es Sanghai, dan Komik Cina: Sisi Melik Jakarta tahun 1970-an (Komunitas Bambu, 2010) telah habis laris manis. Dalam buku ini Zeffry mengangkat berbagai aspek yang mungkin kurang diperhatikan oleh pihak lain, seperti, arena balapan, pawai, tradisi petasan, perumahan, lelang perabotan, kongkow-kongkow, sekolah negeri, pabrik gas, toko buku, radio Betawi, nama jalan, grafiti, gedung-gedung tua, tukang jahit, para pedagang yang menghilang, serta beberapa kebiasan dari masyarakat Betawi maupun dari masyarakat minoritas lain dalam mensiasati hidupnya di Jakarta yang cepat berubah.
Konsentrasi periode dalam buku ini beragam. Ada artikel yang menyoroti fenomena Jakarta yang terjadi sekitar tahun 1960-1980-an, tetapi ada juga tentang periode sebelum dan sesudahnya.
Dalam buku ini diperihatkan bagaimana warga Jakarta yang multikultur mencoba mensiasati kehidupannya dengan berbagai cara, baik yang yang dilakukan dengan cara halal maupun yang dianggap merugikan orang lain. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang sebagian belum terpenuhi secara optimal.
Di dalam buku ini juga diperlihatkan bagaimana lubang-lubang kesempatan yang sekecil apapun mampu untuk dibuka lebar oleh berbagai warganya dengan berbagai cara. Begitu juga yang dilakukan oleh pihak Pemda, dengan berbagai peraturannnya, mereka mencoba mensiasati tuntutan warganya dengan berbagai cara. Itulah Jakarta punya cara! (KomunitasBambu)
Informasi Tambahan
Berat : 0.145 kg
Ukuran : 21 x 14 cm
ISBN : 9786029625646
Jenis Sampul : Soft Cover
Waktu Terbit : 2012
Penulis : Zeffry J. Alkatiri
Penerbit : Masup Jakarta
Jumlah Halaman : xi, 139 hal.
Edisi : Cet. I
Deskripsi : bibliografi, illus.
Ukuran : 21 x 14 cm
ISBN : 9786029625646
Jenis Sampul : Soft Cover
Waktu Terbit : 2012
Penulis : Zeffry J. Alkatiri
Penerbit : Masup Jakarta
Jumlah Halaman : xi, 139 hal.
Edisi : Cet. I
Deskripsi : bibliografi, illus.
0 Response to "[Resensi Buku] Jakarta Punya Cara | Karya Zeffry Alkatiri"
Posting Komentar