Jakarta: Amarullah Asbah atau biasa dipanggil Bang Uwo, dalam ranah perpolitikan Jakarta, bukanlah nama asing. Pergaulannya yang sangat luas membuat semua orang, baik kawan maupun lawan, aktivis, ataupun generasi muda Betawi pasti mengenal anak Betawi kelahiran Cikini Ampiun, Jakarta Pusat itu.
Bang Uwo yang sejak awal menyebut dirinya sebagai "anak kampung", tidak bisa lepas dari dua hal, yakni NU dan Betawi. Dalam beberapa kesempatan ia bilang, kalau dadanya dibelah maka darahnya itu adalah NU dan Betawi.
Semua aktivitas dan gaya berpolitiknya serta kecintaannya kepada NU dan Betawi diungkapkan melalui testimoni orang-orang yang mengenalnya, mulai dari sahabat, mitra kerja, murid, teman sesama aktivis di NU dan Betawi, serta ada juga dari lawan politiknya.
Testimoni mereka dirangkum dalam buku yang berjudul "Bang Uwo, Anak Kampung di Pentas Nasional".. Buku itu diluncurkan dalam satu acara pada Jumat (5/9) malam di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Sejumlah tokoh, khususnya tokoh Betawi, dan pejabat pemerintahan turut menghadiri peluncuran buku itu. Antara lain mantan Ketua Bamus Betawi Letjen (purn) Nachrawi Ramli, komisioner KPU-RI Juri Ardiantoro, anggota DPD-RI terpilih Abdul Azis Khafia dan Dailami Firdaus, anggota DPRD H Zainuddin dan Ashraf Ali, serta sejumlah ketua ormas Betawi lainnya. Tidak ketinggalan pula para pengurus Bamus Betawi yang juga rekan kerjanya. Hadir pula beberapa akademisi yang asli putra Betawi.
Dari kalangan pejabat Pemprov DKI, selain Sekretaris Daerah H Saefullah yang secara simbolis menandatangani sampul buku Bang Uwo tersebut, hadir juga Kepala Bakesbangpol Fatahillah serta sejumlah camat yang dekat dengan almarhum Bang Uwo selama masa hidupnya.
Dalam riwayat politiknya, Bang Uwo sempat menjadi anggota DPRD DKI Jakarta sebanyak empat (4) periode, yakni dari 1982 hingga 2004. Kali pertama ia menjadi anggota legislatif melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sisanya melalui Golongan Karya (Golkar). Dan sejak muda ia aktif di GP Ansor dan NU.
Selain di politik, di organisasi kebetawian nama Amarullah Asbah juga sangat dikenal. Ia menjadi motor pergerakan dan pembentukan organisasi Permata MHT pada 1976 hingga Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, tempat berkumpulnya organisasi kebetawian, pada 1982.
Seperti ditulis oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo atau Bang Foke, Bang Uwo yang merupakan motor penggerak Betawi itu seperti dua sisi dari mata uang, di mana ada Uwo di sana terlihat NU dan Betawi.
Dalam perjuangannya di dua ranah itu, Bang Uwo dikenal sangat konsisten dan peduli, konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai ke NU-an dan kebetawian.
Kepeduliannya ditunjukkan dengan memberi perhatian pada isu-isu yg menyangkut keduanya (NU dan Betawi) dan juga pada aktivitas organisasi serta kader-kader muda. Tidak ada peristiwa ke-NU-an dan kebetawian yang lepas dari sentuhan tangan anak Cikini Ampiun itu.
Sementara itu, Hj Sylviana Murni, Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta mengatakan bahwa Bang Uwo adalah salah satu tokoh Betawi yang cerdas, pilitikus yang lurus, yang bila menyampaikan gagasannya penuh makna namun sangat humoris, sangat peduli terhadap kemajuan Betawi.
Bang Uwo sangat berkeinginan untuk menjadikan image atau gambaran Betawi menjadi Betawi yang berpendidikan. Betawi sekolahan. Termasuk sangat mendukung kemajuan perempuan Betawi. Ia membuktikannya dengan mendukung dan memberikan masukan-masukan saat pembentukan organisasi "Persatuan Wanita Betawi" pada 1983.
Buku yang diterbitkan oleh Betawi Foundation ini bermaksud selain untuk menghargai perjuangan dan sumbangsih Bang Uwo bagi Jakarta, khususnya bagi Betawi, juga untuk menunjukkan ada satu lagi orang Betawi di pentas nasional. (Abdul Salam/ Sumber)
Bang Uwo yang sejak awal menyebut dirinya sebagai "anak kampung", tidak bisa lepas dari dua hal, yakni NU dan Betawi. Dalam beberapa kesempatan ia bilang, kalau dadanya dibelah maka darahnya itu adalah NU dan Betawi.
Semua aktivitas dan gaya berpolitiknya serta kecintaannya kepada NU dan Betawi diungkapkan melalui testimoni orang-orang yang mengenalnya, mulai dari sahabat, mitra kerja, murid, teman sesama aktivis di NU dan Betawi, serta ada juga dari lawan politiknya.
Testimoni mereka dirangkum dalam buku yang berjudul "Bang Uwo, Anak Kampung di Pentas Nasional".. Buku itu diluncurkan dalam satu acara pada Jumat (5/9) malam di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Sejumlah tokoh, khususnya tokoh Betawi, dan pejabat pemerintahan turut menghadiri peluncuran buku itu. Antara lain mantan Ketua Bamus Betawi Letjen (purn) Nachrawi Ramli, komisioner KPU-RI Juri Ardiantoro, anggota DPD-RI terpilih Abdul Azis Khafia dan Dailami Firdaus, anggota DPRD H Zainuddin dan Ashraf Ali, serta sejumlah ketua ormas Betawi lainnya. Tidak ketinggalan pula para pengurus Bamus Betawi yang juga rekan kerjanya. Hadir pula beberapa akademisi yang asli putra Betawi.
Dari kalangan pejabat Pemprov DKI, selain Sekretaris Daerah H Saefullah yang secara simbolis menandatangani sampul buku Bang Uwo tersebut, hadir juga Kepala Bakesbangpol Fatahillah serta sejumlah camat yang dekat dengan almarhum Bang Uwo selama masa hidupnya.
Dalam riwayat politiknya, Bang Uwo sempat menjadi anggota DPRD DKI Jakarta sebanyak empat (4) periode, yakni dari 1982 hingga 2004. Kali pertama ia menjadi anggota legislatif melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sisanya melalui Golongan Karya (Golkar). Dan sejak muda ia aktif di GP Ansor dan NU.
Selain di politik, di organisasi kebetawian nama Amarullah Asbah juga sangat dikenal. Ia menjadi motor pergerakan dan pembentukan organisasi Permata MHT pada 1976 hingga Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, tempat berkumpulnya organisasi kebetawian, pada 1982.
Seperti ditulis oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo atau Bang Foke, Bang Uwo yang merupakan motor penggerak Betawi itu seperti dua sisi dari mata uang, di mana ada Uwo di sana terlihat NU dan Betawi.
Dalam perjuangannya di dua ranah itu, Bang Uwo dikenal sangat konsisten dan peduli, konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai ke NU-an dan kebetawian.
Kepeduliannya ditunjukkan dengan memberi perhatian pada isu-isu yg menyangkut keduanya (NU dan Betawi) dan juga pada aktivitas organisasi serta kader-kader muda. Tidak ada peristiwa ke-NU-an dan kebetawian yang lepas dari sentuhan tangan anak Cikini Ampiun itu.
Sementara itu, Hj Sylviana Murni, Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta mengatakan bahwa Bang Uwo adalah salah satu tokoh Betawi yang cerdas, pilitikus yang lurus, yang bila menyampaikan gagasannya penuh makna namun sangat humoris, sangat peduli terhadap kemajuan Betawi.
Bang Uwo sangat berkeinginan untuk menjadikan image atau gambaran Betawi menjadi Betawi yang berpendidikan. Betawi sekolahan. Termasuk sangat mendukung kemajuan perempuan Betawi. Ia membuktikannya dengan mendukung dan memberikan masukan-masukan saat pembentukan organisasi "Persatuan Wanita Betawi" pada 1983.
Buku yang diterbitkan oleh Betawi Foundation ini bermaksud selain untuk menghargai perjuangan dan sumbangsih Bang Uwo bagi Jakarta, khususnya bagi Betawi, juga untuk menunjukkan ada satu lagi orang Betawi di pentas nasional. (Abdul Salam/ Sumber)
0 Response to "Sejumlah Tokoh Betawi Hadiri Peluncuran Buku Bang Uwo"
Posting Komentar