Kembali kepada Negara Kesatuan
Ketika perlawanan bersenjata mereda, pada 1949 KH Noer Alie yang lebih memilih berjuang di lapangan sipil diminta Mohammad Natsir untuk membantu tugas-tugasnya sebagai anggota delegasi Republik Indonesia Serikat di Indonesia dalam Konferensi Antar Indonesia-Belanda.
Pada beberapa kesempatan, KH Noer Alie membahas kelanjutan perjuangan dengan tokoh-tokoh nasional di Jakarta, seperti Mohammad Natsir, Mr. Yusuf Wibisono, Mr. Mohammad Roem, Mohammad Safe’i, dan KH Rojiun. Mereka menyimpulkan paska perang kemerdekaan harus diisi dengan perjuangan politik, pendidikan, dan social. Untuk menyalurkan aspirasinya, KH Noer Alie bergabung dalam partai Masjumi.
Januari 1950, KH Noer Alie menghimpun temen dan anak buahnya di Bekasi dan Cikarang. Diantaranya R Supardi, Madnuin Hasibuan, Namin, Taminudin, Marzuki Hidayat, Marzuki Urmaini, Nurhasan Ibnuhajar, A. Sirad, Hasan Sjahroni, dan Masturo di Kampung Duaratus.
Mereka membentuk Panitia Amanat Rakyat. Panitia menghimpun sekitar 25 ribu rakyat Bekasi dan cikarang di Alun-alun Bekasi pada 17 Januari 1950. Mereka mendeklarasikan resolusi, yang isinya menyatakan menyerahkan kekuasaan pemerintahan Federal kepada Republik Indonesia. Pengembalian seluruh Jawa Barat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan tidak mengakui lagi adanay pemerintahan di daerah Bekasi selain pemerintahan Republik Indonesia. Bersama Lukas Kustaryo, KH Noer Alie menuntut agar nama kabupaten Jatinegara diubah menjadi kabupaten Bekasi. Hasilnya, pada 15 Agustus 1950 terbentuklah Kabupaten Bekasi di Jatinegara. Selanjutnya Bekasi dimasukan ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat.
KH Noer Alie mengatakan gagasan bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia diterima Perdana Menteri Mohammad Natsir, yang kelak memunculkan Mosi Integral Natsir, sehingga Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. (KH-NoerAlie.info)
Ketika perlawanan bersenjata mereda, pada 1949 KH Noer Alie yang lebih memilih berjuang di lapangan sipil diminta Mohammad Natsir untuk membantu tugas-tugasnya sebagai anggota delegasi Republik Indonesia Serikat di Indonesia dalam Konferensi Antar Indonesia-Belanda.
Pada beberapa kesempatan, KH Noer Alie membahas kelanjutan perjuangan dengan tokoh-tokoh nasional di Jakarta, seperti Mohammad Natsir, Mr. Yusuf Wibisono, Mr. Mohammad Roem, Mohammad Safe’i, dan KH Rojiun. Mereka menyimpulkan paska perang kemerdekaan harus diisi dengan perjuangan politik, pendidikan, dan social. Untuk menyalurkan aspirasinya, KH Noer Alie bergabung dalam partai Masjumi.
Januari 1950, KH Noer Alie menghimpun temen dan anak buahnya di Bekasi dan Cikarang. Diantaranya R Supardi, Madnuin Hasibuan, Namin, Taminudin, Marzuki Hidayat, Marzuki Urmaini, Nurhasan Ibnuhajar, A. Sirad, Hasan Sjahroni, dan Masturo di Kampung Duaratus.
Mereka membentuk Panitia Amanat Rakyat. Panitia menghimpun sekitar 25 ribu rakyat Bekasi dan cikarang di Alun-alun Bekasi pada 17 Januari 1950. Mereka mendeklarasikan resolusi, yang isinya menyatakan menyerahkan kekuasaan pemerintahan Federal kepada Republik Indonesia. Pengembalian seluruh Jawa Barat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan tidak mengakui lagi adanay pemerintahan di daerah Bekasi selain pemerintahan Republik Indonesia. Bersama Lukas Kustaryo, KH Noer Alie menuntut agar nama kabupaten Jatinegara diubah menjadi kabupaten Bekasi. Hasilnya, pada 15 Agustus 1950 terbentuklah Kabupaten Bekasi di Jatinegara. Selanjutnya Bekasi dimasukan ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat.
KH Noer Alie mengatakan gagasan bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia diterima Perdana Menteri Mohammad Natsir, yang kelak memunculkan Mosi Integral Natsir, sehingga Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. (KH-NoerAlie.info)
0 Response to "Serial KH. Noer Alie - Pahlawan Nasional dari Tanah Betawi (Bagian X) | Oleh Ali Anwar"
Posting Komentar