Suatu ketika, di saat hari Arafah tiba, Nabi saw tersenyum. Ketika beliau ditanya tentang hal ini, beliau menjawab dengan jawaban yang menggembirakan umatnya sebagaimana terdapat dalam kisah berikut ini.
Diriwayatkan oleh al-Abbas bin Mirdas ra, bahwasanya ketika hari Arafah mulai sore, Rasulullah saw berdoa untuk umatnya supaya diberi ampunan dan kasih sayang oleh Allah SWT. Waktu itu Rasulullah saw banyak memanjaatkan doa untuk umatnya dan Allah SWT mengabulkannya.
Allah berfirman, "Aku telah memenuhi permintaanmu dan mengampuni umatmu, kecuali umatmu yang melakukan kezaliman terhadap sesamanya."
Rasul saw berdoa kembali, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mampu mengampuni orang yang zalim dan Engkau juga mampu memberikan pahala kepada orang yang dizalimi."
Hanya doa ini saja yang dilantunkan berulang-ulang oleh Rasul saw pada sore di hari Arafah itu.
Keesokan harinya, di waktu pagi menjelang meninggalkan Mudzalifah, Rasulullah saw juga berdoa lagi untuk umatnya. Setelah lama berdoa kemudian beliau tersenyum. Sahabat-sahabat bertanya kepada beliau,
"Wahai Rasulullah, kami melihat anda tersenyum di waktu yang biasanya anda tidak tersenyum. Apakah gerangan yang terjadi?"
Rasulullah saw menjawab, "Saya tersenyum melihat tingkah polah musuh Allah, Iblis ketika ia tahu bahwa Allah SWT telah mengabulkan doaku untuk kebaikan umatku dan mengampuni umatku yang melakukan kezaliman. Ketika ia tahu hal itu, ia mengumpat, menghardik, dan menaburi kepalanya dengan debu. Saya tersenyum melihat ekspresi kesedihan dan keputusasaannya". [HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad]
*dikutip dari kitab Iqaadzul Ghaafiliin minal Halakah ilal Harakati lid-Diini karya Khalid Abdul Mu'thi Khalif
Diriwayatkan oleh al-Abbas bin Mirdas ra, bahwasanya ketika hari Arafah mulai sore, Rasulullah saw berdoa untuk umatnya supaya diberi ampunan dan kasih sayang oleh Allah SWT. Waktu itu Rasulullah saw banyak memanjaatkan doa untuk umatnya dan Allah SWT mengabulkannya.
Allah berfirman, "Aku telah memenuhi permintaanmu dan mengampuni umatmu, kecuali umatmu yang melakukan kezaliman terhadap sesamanya."
Rasul saw berdoa kembali, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mampu mengampuni orang yang zalim dan Engkau juga mampu memberikan pahala kepada orang yang dizalimi."
Hanya doa ini saja yang dilantunkan berulang-ulang oleh Rasul saw pada sore di hari Arafah itu.
Keesokan harinya, di waktu pagi menjelang meninggalkan Mudzalifah, Rasulullah saw juga berdoa lagi untuk umatnya. Setelah lama berdoa kemudian beliau tersenyum. Sahabat-sahabat bertanya kepada beliau,
"Wahai Rasulullah, kami melihat anda tersenyum di waktu yang biasanya anda tidak tersenyum. Apakah gerangan yang terjadi?"
Rasulullah saw menjawab, "Saya tersenyum melihat tingkah polah musuh Allah, Iblis ketika ia tahu bahwa Allah SWT telah mengabulkan doaku untuk kebaikan umatku dan mengampuni umatku yang melakukan kezaliman. Ketika ia tahu hal itu, ia mengumpat, menghardik, dan menaburi kepalanya dengan debu. Saya tersenyum melihat ekspresi kesedihan dan keputusasaannya". [HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad]
*dikutip dari kitab Iqaadzul Ghaafiliin minal Halakah ilal Harakati lid-Diini karya Khalid Abdul Mu'thi Khalif
0 Response to "[Historia] Senyum Rasulullah di Hari Arafah "
Posting Komentar