Sudah 37 tahun Warung Betawi Haji Muhayar berdiri dan tetap eksis hingga kini. Pepes ikan dan pecak gurame buatannya selalu tandas diserbu pelanggan.
Makan siang di tempat ini siap-siap tidak dapat tempat. Meski hanya warung makan sederhana berlantai dua dengan meja dan kursi plastik seperti di warung makan pada umumnya, ditambah lokasi yang berada tepat di pinggir jalan dan bebas dari pendingin udara, tetap tak membuat pengunjung kapok untuk terus datang.
Dengan sigap seseorang segera mencatat pesanan dengan minuman yang lebih dulu datang. Tidak perlu menunggu lama karena pada dasarnya seluruh bahan telah dimasak setengah matang dan ketika tamu datang tinggal dimatangkan hingga sempurna.
Pepes ikan emas berukuran sedang, ayam goreng kampung, tak lupa lalapan yang terdiri atas rebusan daun pepaya, kenikir, selada, kemangi, mentimun, dan kacang panjang ikut disajikan beserta sambal terasi. Nasi putih hangat pun siap disantap. Langsung saja acara bersantap kita mulai.
Tak seperti pepes pada umumnya yang basah, pepes ala Muhayar disajikan kering. Pepes yang telah dibalut dengan aneka bumbu mentah, dipanggang sampai matang.
Daging ikannya lembut. Tambahkan sambal terasi jika ingin pedas. Meski kelihatannya sambal berwarna merah garang, sebagian besar yang dipakai cabai merah keriting, jadi tidak perlu takut kepedasan dulu. Sambal terasi ini rasanya tak berubah selama puluhan tahun.
Selain pepes ikan emas, yang tak kalah jagoan adalah pecak gurame. Ikan guramenya berwarna kecokelatan, digoreng dalam minyak panas sehingga di luar garing, namun lembut di dalam. Ikan gurame nan garing ini disiram dengan ulekan cabai merah, bawang merah, serta jeruk nipis yang membuat rasanya menjadi segar.
Oh ya, satu lagi, sayur asem. Yang ini benar-benar sayur asem khas Betawi. Racikan bumbunya sederhana, bawang merah, asem, lengkuas, dan daun salam. Alhasil kuahnya pun bening. Rasanya tidak manis, melainkan asam segar gurih. Isinya berupa kacang kulit, jagung, pepaya muda, dan labu siem. Yang membedakan, di sayur asem ini terdapat potongan oncom berukuran segi empat.
Warung yang terletak di kawasan Pasar Minggu dan bersebelahan dengan showroom mobil ini dalam sehari bisa menghabiskan 60 kilogram ikan emas.
Konsistensi rasa sejak zaman dulu hingga sekarang menjadi alasan eksistensi warung sederhana miliknya. Rasa hidangan yang disajikan selama puluhan tahun ini tidak pernah berubah.
Warung Haji Muhayar pertama berdiri pada 1976 dengan sajian nasi uduk, sayur jengkol, dan soto betawi. Sayang, lantaran semakin lama banyak yang menghindari soto betawi karena kabarnya dapat menyebabkan asam urat, peminatnya pun menjadi kian surut. Akhirnya dipilihlah menu yang lebih aman yaitu pepes ikan dan bertahan hingga kini.
Warung yang beroperasi pukul 07.00- 20.00 WIB ini membanderol harga pepes Rp30.000, tahu-tempe Rp2.000, sayur asem Rp5.000, dan ayam goreng kampung Rp27.000 per potong.
Sumber: Okezone
Makan siang di tempat ini siap-siap tidak dapat tempat. Meski hanya warung makan sederhana berlantai dua dengan meja dan kursi plastik seperti di warung makan pada umumnya, ditambah lokasi yang berada tepat di pinggir jalan dan bebas dari pendingin udara, tetap tak membuat pengunjung kapok untuk terus datang.
Dengan sigap seseorang segera mencatat pesanan dengan minuman yang lebih dulu datang. Tidak perlu menunggu lama karena pada dasarnya seluruh bahan telah dimasak setengah matang dan ketika tamu datang tinggal dimatangkan hingga sempurna.
Pepes ikan emas berukuran sedang, ayam goreng kampung, tak lupa lalapan yang terdiri atas rebusan daun pepaya, kenikir, selada, kemangi, mentimun, dan kacang panjang ikut disajikan beserta sambal terasi. Nasi putih hangat pun siap disantap. Langsung saja acara bersantap kita mulai.
Tak seperti pepes pada umumnya yang basah, pepes ala Muhayar disajikan kering. Pepes yang telah dibalut dengan aneka bumbu mentah, dipanggang sampai matang.
Daging ikannya lembut. Tambahkan sambal terasi jika ingin pedas. Meski kelihatannya sambal berwarna merah garang, sebagian besar yang dipakai cabai merah keriting, jadi tidak perlu takut kepedasan dulu. Sambal terasi ini rasanya tak berubah selama puluhan tahun.
Selain pepes ikan emas, yang tak kalah jagoan adalah pecak gurame. Ikan guramenya berwarna kecokelatan, digoreng dalam minyak panas sehingga di luar garing, namun lembut di dalam. Ikan gurame nan garing ini disiram dengan ulekan cabai merah, bawang merah, serta jeruk nipis yang membuat rasanya menjadi segar.
Oh ya, satu lagi, sayur asem. Yang ini benar-benar sayur asem khas Betawi. Racikan bumbunya sederhana, bawang merah, asem, lengkuas, dan daun salam. Alhasil kuahnya pun bening. Rasanya tidak manis, melainkan asam segar gurih. Isinya berupa kacang kulit, jagung, pepaya muda, dan labu siem. Yang membedakan, di sayur asem ini terdapat potongan oncom berukuran segi empat.
Warung yang terletak di kawasan Pasar Minggu dan bersebelahan dengan showroom mobil ini dalam sehari bisa menghabiskan 60 kilogram ikan emas.
Konsistensi rasa sejak zaman dulu hingga sekarang menjadi alasan eksistensi warung sederhana miliknya. Rasa hidangan yang disajikan selama puluhan tahun ini tidak pernah berubah.
Warung Haji Muhayar pertama berdiri pada 1976 dengan sajian nasi uduk, sayur jengkol, dan soto betawi. Sayang, lantaran semakin lama banyak yang menghindari soto betawi karena kabarnya dapat menyebabkan asam urat, peminatnya pun menjadi kian surut. Akhirnya dipilihlah menu yang lebih aman yaitu pepes ikan dan bertahan hingga kini.
Warung yang beroperasi pukul 07.00- 20.00 WIB ini membanderol harga pepes Rp30.000, tahu-tempe Rp2.000, sayur asem Rp5.000, dan ayam goreng kampung Rp27.000 per potong.
Sumber: Okezone
0 Response to "Pepes Ikan dan Pecak Gurame Asli Betawi Haji Muhayar yang Melegenda"
Posting Komentar