Pimpinan Sanggar Si Pitung Rawa Belong, Bachtiar menilai masih banyak yang keliru dan salah tafsir terhadap budaya Betawi. Contoh mudah yang ia berikan adalah tayangan-tayangan di televisi yang sering mengadopsikan kebudayaan Betawi. Ia melihat apa yang terjadi di film atau sinetron hanyalah untuk kepentingan hiburan saja tanpa memikirkan filosofi dan sejarah budayanya.
Ilustrasi |
"Apa yang kita tonton di televisi sebenarnya tidak 100 persen budaya Betawi. Bahkan banyak yang meggunakan budaya Betawi sebagai simbol saja, tetapi penggambaran nilai-nilai yang diemban orang Betawi dan juga kaedah-kaedahnya tidak sesuai," tuturnya pada acara jumpa pers "SILATurahmi: Maen Pukulan Betawi Dulu, Maen Pukulan Betawi Kini" di Jakarta, Selasa (12/8).
Lebih lanjut menurut Bachtiar, dalam film atau sinetron, perempuan Betawi sering digambarkan jorok atau ceroboh. "Seperti, kentut di depan orang tuanya tanpa merasa peduli. Adegan itu pernah saya lihat di salah satu film di televisi. Padahal di kehidupan sehari-hari orang Betawi hal tersebut sangat tidak sopan," kata Bachtiar.
Kemudian, dikatakannya juga banyak terjadi kesalahan di film saat adegan pernikahan tradisional orang Betawi. Di mana seharusnya pengantin perempuan diwajibkan bersembunyi dulu di dalam kamar sebelum ijab kabul selesai.
"Masih banyak contoh lain. Seperti, Lenong saja deh. Lenong asli Betawi harus menyertakan silat, sudah wajib hukumnya. Sedangkan lenong yang di televisi kesannya hanya berisi becanda-canda saja. Padahal, lenong itu aslinya juga sangat lekat dengan konten kepahlawanan," imbuh Bachtiar kecewa.
Oleh Kharina Triananda
Lebih lanjut menurut Bachtiar, dalam film atau sinetron, perempuan Betawi sering digambarkan jorok atau ceroboh. "Seperti, kentut di depan orang tuanya tanpa merasa peduli. Adegan itu pernah saya lihat di salah satu film di televisi. Padahal di kehidupan sehari-hari orang Betawi hal tersebut sangat tidak sopan," kata Bachtiar.
Kemudian, dikatakannya juga banyak terjadi kesalahan di film saat adegan pernikahan tradisional orang Betawi. Di mana seharusnya pengantin perempuan diwajibkan bersembunyi dulu di dalam kamar sebelum ijab kabul selesai.
"Masih banyak contoh lain. Seperti, Lenong saja deh. Lenong asli Betawi harus menyertakan silat, sudah wajib hukumnya. Sedangkan lenong yang di televisi kesannya hanya berisi becanda-canda saja. Padahal, lenong itu aslinya juga sangat lekat dengan konten kepahlawanan," imbuh Bachtiar kecewa.
Oleh Kharina Triananda
0 Response to "Sinetron dan Film Sering Salah Tafsir Terhadap Budaya Betawi | Oleh Kharina Triananda"
Posting Komentar