GoBetawi.com - Masyarakat Tambora di Jakarta memiliki ikatan sejarah dengan warga Tambora di Pulau Sumbawa. Sebelum gunung Tambora meletus, warga Tambora sudah menjalin hubungan dengan warga Betawi.
“Ketika 1761, Kiai Moestodjib bersama sahabatnya Kiai Daeng mendirikan masjid di wilayah Batavia. Karena mereka lama tinggal di lereng Tambora maka masjid tersebut diberi nama masjid jami Tambora, masjid termasyhur di wilayah Tambora Jakarta Barat, ” ucap mantan Walikota Jakarta Barat, Drs. H. Burhanuddin MM, saat Diskusi mengenang Dua Abad Tambora bertema Mencari Jejak dari Tanah Tambora (31/12/2014).
Menurut tokoh Jakarta kelahiran Bima ini, Kiai Moestodjib sudah lama pulang pergi dari Tambora-Batavia. Saat perang kerajaan Sanggar dan Belanda berkecamuk, pihak Belanda menahan Kiai Moestodjib di Batavia. Beliau sempat lima tahun ditahan di penjara Batavia. Setelah bebas kembali berjuang di Sanggar. Setelah Sanggar takluk, beliau hijrah ke Batavia.
Hubungan Bima dan warga Jakarta tidak hanya itu, tutur mantan Bupati Pulau Seribu ini, ketika Sultan Bima naik haji, beliau bertemu dengan dua santri dari Banten dan Betawi. Kedua santri tersebut diajak memperkuat Islam di wilayah Bima. “Jangan heran jika banyak orang Bima yang menjadi guru ngaji di Betawi,” tambahnya.
Satonda Janji Bangun Masyarakat Tambora
“Ketika 1761, Kiai Moestodjib bersama sahabatnya Kiai Daeng mendirikan masjid di wilayah Batavia. Karena mereka lama tinggal di lereng Tambora maka masjid tersebut diberi nama masjid jami Tambora, masjid termasyhur di wilayah Tambora Jakarta Barat, ” ucap mantan Walikota Jakarta Barat, Drs. H. Burhanuddin MM, saat Diskusi mengenang Dua Abad Tambora bertema Mencari Jejak dari Tanah Tambora (31/12/2014).
Menurut tokoh Jakarta kelahiran Bima ini, Kiai Moestodjib sudah lama pulang pergi dari Tambora-Batavia. Saat perang kerajaan Sanggar dan Belanda berkecamuk, pihak Belanda menahan Kiai Moestodjib di Batavia. Beliau sempat lima tahun ditahan di penjara Batavia. Setelah bebas kembali berjuang di Sanggar. Setelah Sanggar takluk, beliau hijrah ke Batavia.
Hubungan Bima dan warga Jakarta tidak hanya itu, tutur mantan Bupati Pulau Seribu ini, ketika Sultan Bima naik haji, beliau bertemu dengan dua santri dari Banten dan Betawi. Kedua santri tersebut diajak memperkuat Islam di wilayah Bima. “Jangan heran jika banyak orang Bima yang menjadi guru ngaji di Betawi,” tambahnya.
Satonda Janji Bangun Masyarakat Tambora
Yayasan Tambora Indonesia (Satonda) dan Komunitas Peduli Tambora (Kopitara) sebagai penyelenggara diskusi peringatan dua abad Tambora berjanji akan membangun masyarakat Tambora.
Satonda berjanji membangun peradaban dan kesejahteraan masyarakat Tambora dengan tulus dan ikhlas. “Satonda dibentuk oleh masyarakat Pulau Sumbawa yang ada di Jakarta. Anggotanya bukan hanya dari Bima namun seluruh Indonesia. Banyak potensi di kawasan Tambora. Kami ingin bangun peradaban dan kesejahteraan masyarakat Tambora dengan tulus dan ikhlas,” ucap Ketua Yayasan Tambora Indonesia (Satonda), M. Shalahudin, SH.
Hal senada disampaikan pula oleh Wakil Ketua Pembi na Satonda, Drs Syahrul Abbas MM, yang mengingatkan perlunya memperbaiki kehidupan masyarakat Tambora. Masyarakat di kawasan Tambora perlu diperhatikan dan dibantu agar terus berkembang. “Kami semua terpanggil dan bergabung untuk bangun Tambora. Di Satonda, kami curahkan pikiran dan tenaga untuk membangun masyarakat Tambora,” ucap putra Jereweh yang bertugas di Mabes Polri ini. (GaungNTB)
Klik Download Untuk Aplikasi Android GoBETAWI.com
0 Response to "Betawi dan Tambora Punya Ikatan Sejarah.."
Posting Komentar